Panic Buying Akibat Corona? Hati-hati, Ini Lho Kerugiannya!

Wabah Corona yang saat ini menjangkit di seluruh dunia termasuk Indonesia memang berdampak pada banyak hal. Salah satunya adalah munculnya respon panic buying dari masyarakat terutama untuk produk-produk yang terkait kesehatan dan juga makanan pokok seiring dengan seruan untuk isolasi diri di rumah. Mulai dari masker, hand sanitizer, multivitamin, dan aneka makanan kering yang bisa disimpan dalam jangka waktu lama. Pembelian dalam jumlah besar dan nggak terkontrol inilah yang membuat beberapa stok produk penting langka di pasaran.

Bukan hanya berdampak kenaikan harga, banyak juga pihak-pihak yang lebih membutuhkan produk tersebut, terutama yang terkait produk kesehatan, jadi sulit mendapatkan stok. Contohnya tenaga medis. Belum lagi orang-orang kalangan menengah ke bawah dengan daya beli yang rendah yang kesulitan membeli barang karena sebagian harga yang naik.

Lebih jauh lagi, dikutip dari berbagai sumber: ada tiga kerugian lain yang muncul akibat panic buying terutama jika kita termasuk pelakunya, yaitu:  

Anggaran keuangan rumah tangga jadi kacau

Dalam kondisi ideal, penyusunan anggaran keuangan rumah tangga dilakukan harus dengan rasional dan penuh pertimbangan, terutama dalam menentukan skala prioritas. Sementara di kondisi saat ini, di mana kita dipenuhi dengan rasa cemas serta kekhawatiran akibat wabah virus Corona, kita cenderung jadi mudah terpengaruh situasi yang huru-hara. Misalnya: situasi atau berita tentang ramainya supermarket hingga minimarket diserbu orang-orang yang memborong aneka bahan makanan. Tingginya harga masker per boks, sampai habisnya stok hand sanitizer dan sabun cuci tangan di berbagai toko.

Melihat segala situasi tersebut, kita jadi terdorong untuk ikut-ikutan. Tentu saja, dana untuk “ikut-ikutan” memborong bersumber dari anggaran keuangan rumah tangga untuk kebutuhan yang lain. Misalnya, memotong uang sekolah anak, menggunakan uang cicilan rumah, atau bahkan membobol tabungan darurat. Akibatnya, keuangan dan kebutuhan yang lain jadi terganggu. Alih-alih ikut panic buying, ada baiknya untuk menenangkan diri lebih dulu sebelum membeli atau bertransaksi apapun, agar bisa berpikir jernih. Contohnya: nggak perlu kok beli hand sanitizer berdus-dus karena yang paling efektif untuk mencegah virus adalah cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun.

Bisa impulsif dalam ambil kredit atau pinjaman tunai

Masih berkelanjutan dari panic buying, bagi orang yang nggak punya dana darurat atau anggaran lebih buat berbelanja, besar kemungkinan akan impulsif dalam menggunakan kredit sampai mengajukan pinjaman tunai untuk berjaga-jaga. Padahal, di kondisi seperti sekarang, sangat dianjurkan untuk berhemat dan menunda segala pengajuan kredit atau pinjaman tunai untuk kebutuhan yang nggak penting-penting amat.

Berhemat bukan berarti mengabaikan kesehatan atau pemenuhan asupan gizi yang memadai baik untuk diri sendiri atau keluarga. Namun, belilah secukupnya. Jangan menimbun. Selain membantu kondisi keuangan, hal ini juga bisa membantu orang lainnya yang sama-sama membutuhkan produk kesehatan atau bahan makanan agar stoknya tetap tersedia dan harganya tidak melonjak. Kalaupun harus mengajukan kredit atau pinjaman tunai, sebaiknya utamakan untuk hal yang urgensinya benar-benar tinggi. Misalnya kebutuhan rumah sakit. Bukan untuk kebutuhan membeli berboks-boks masker dengan harga tak wajar karena rasa panik dan cemas.

Jika berniat ajukan pinjaman tunai dalam kondisi sekarang, jangan juga gegabah. Pastikan kamu masih memiliki pemasukan yang lancar dan juga kondisi pekerjaan yang stabil ke depannya. Selain itu, pilih lembaga pinjaman yang dapat memberikan pinjaman dengan bunga bersahabat. Mengajukan pinjaman tunai ke fintech bisa jadi solusi jika kamu butuh uang dalam waktu cepat. Salah satu fintech yang dapat memberi pinjaman tunai cepat dalam 1 x 24 jam adalah Kredivo. Kredivo menerapkan suku bunga tetap hanya 2,95% per bulan untuk pinjaman tunai mulai dari 500 ribu hingga puluhan juta bagi pengguna yang terdaftar sebagai akun Premium. Nggak hanya memiliki bunga yang rendah, Kredivo juga merupakan fintech kredit digital pertama yang terdaftar di OJK dan sangat menjamin keamanan data serta privasi penggunanya.

Mempercepat terjadinya inflasi

Secara sederhana, inflasi merupakan kondisi di mana terjadi peningkatan harga secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Bukan hanya dari satu atau dua barang saja, tetapi banyak barang dan meluas ke berbagai wilayah. Kondisi panic buying adalah yang paling besar mempercepat terjadinya inflasi di Indonesia. Apalagi, kurang dari satu bulan, kita akan memasuki bulan Ramadan dan Idul Fitri. Inflasi di Indonesia kerap terjadi pada momen tersebut. Namun, karena wabah Corona, inflasi diprediksi akan terjadi lebih awal dan lebih lama jika panic buying tidak kunjung mereda.  Inflasi yang terjadi lebih cepat dan lebih panjang tentu akan berimbas pada stabilitas perekonomian di Indonesia.

Jangan sampai kita jadi salah satu penyebabnya, yuk bertransaksi atau berbelanjalah dengan bijak agar masa-masa sulit ini dapat kita lewati bersama-sama.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *